(Pengurus
Komisariat IPPNU Madrasah Aliyah Borobudur)
Berawal
dari "pandangan pertamaku" terhadap pasukan loreng bergaya seragam
ala TNI, namun mereka bukanlah pasukan TNI. Mereka adalah pasukan TNU (Tentara
Nahdlatul Ulama), yang merupakan banom daripada Ansor NU. Disinilah awal mula
aku mengenal NU. Ya, berawal dari Banser. Sehingga sampai detik ini hingga
nanti, aku tetap mencintai Banser. Sebagai rasa terimakasihku karena telah
mengenalkan dan mendekatkan aku kepada NU.
Sejak
pertama aku mengenal NU, dia merupakan ormas Islam yang ramah, santun,
menuntun, dan mengutamakan Akhlak. NU merupakan ormas Islam moderat yang
menganut aliran Islam ala Ahlussunnah Wal Jamaah. Semenjak pertama aku mengenal
NU hingga saat ini, dia tak pernah berubah. NU tetaplah NU yang menjunjung
tinggi toleransi antar umat beragama, menjunjung tinggi persatuan, kesatuan,
budaya, perdamaian serta keadilan sosial. NU yang aku kenal, mereka mampu
berbaur dengan peradaban budaya di Indonesia. Sehingga ormas ini berbeda dengan
ormas lain yang getol meneriakan slogan "Kembali kepada Al-Qur’an dan
Hadits shahih", "mengutuk" adanya Islam yang berbaur dengan
budaya, "mengutuk" adanya toleransi dalam umat beragama serta yang
getol memprovokasi, mengkafirkan, membid’ahkan serta memusyrikkan golongan lain
yang tidak sejalan dengan pemahaman mereka.
NU
merupakan ormas Islam "ramah" di Indonesia yang berpegang teguh
kepada empat pedoman beragama Islam ala Ahlussunnah Wal Jamaah, yakni
Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ serta Qiyyas. Keempat hal tersebut berkesinambungan
erat, sebagai landasan hukum dalam mempraktikkan kewajiban-kewajiban dalam
Islam, mengambil langkah hukum dalam Islam, dan segala yang berkaitan dengan
duniawi, maupun akhirat nanti.
"Mengapa
aku sangat mencintai Nahdlatul Ulama (NU) ?".
Aku
bersyukur kepada Tuhan karena aku telah di lahirkan di bumi Indonesia yang amat
menakjubkan, eksotis serta indah mempesona. Sehingga aku tidak merasakan sebuah
kerugian karena aku hidup dan menghela nafasku di bumi ini. Tuhan telah
mencukupkan, bahkan melimpahkan nikmat-Nya kepada bumi Indonesia yang amat kita
cinta sebagai "negeri surga". Surga karena kekayaan alamnya yang
melimpah ruah, dengan tanah yang subur dan makmur, dengan beragam budaya khas
daerah yang elok dipandang, keberagaman bahasa daerah yang elok didengar, dan
segala keindahan ada di bumi WaliSongo, bumi para pejuang 45, dan bumi bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Aku
bersyukur pula kepada Tuhan karena telah menganugerahiku dengan agama sempurna,
penyempurna agama sebelumya. Yakni agama Islam, agama yang di wahyukan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Dan
rasa syukurku ini bertambah besar karena Allah telah mempertemukanku kepada
suatu ormas Islam Indonesia yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan para
Ulama) yang berdiri pada tahun 1926.
Selama
ini, banyak orang yang bertanya kepadaku "Vin, mengapa kamu sangat
mencintai Indonesia dan Nahdlatul Ulama?". Jawabku cukup singkat,
"Karena Indonesia merupakan darah dagingku, dan NU adalah jiwa, raga,
beserta tulang belulangku. Sehingga, kedua itu sangat berkesinambungan erat.
Tanpa NU, ibaratkan aku hidup dengan darah dan daging saja, tanpa ada jiwa,
raga beserta tulang belulangku. Begitu juga ketika aku hidup tanpa Indonesia,
aku ibaratkan hidup berjiwa, raga serta tulang belulang tanpa ada darah dan
daging. Bagaimana bisa aku hidup tanpa salahsatu dari keduanya?". Oleh
sebab itulah aku sangat mencintai dan mempertahankan keduanya supaya aku dapat
hidup di dunia ini dengan lengkap dan sempurna.
Aku
sangat beruntung, kini aku bersekolah di salah satu pendidkan formal tingkat
Madrasah Aliyah yang berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU
Kecamatan Borobudur. Disini, aku beruntung karena aku dapat mengenal lebih jauh
mengenai apa itu "NU", sejarah perjuangan Ulama NU dan hal-hal yang
berkaitan dengan NU. Walaupun belum sepenuhnya aku pelajari disini, namun aku
sudah merasa puas karena rasa penasaranku sudah sedikit terbayarkan di tempat
ini.
Disini,
aku juga mengenai apa itu Ikatan Pelajar Putra-Putri Nahdlatul Ulama
(IPNU-IPPNU), yakni organisasi (banom NU) yang menjadi wadah sosial para
pelajar, remaja serta santri Nahdlatul Ulama di Indonesia. Di banom ini, aku
mendapati banyak pengalaman mengesankan yang tidak akan pernah aku lupakan
sepanjang hidupku. Disinilah awal mula aku bertemu dengan orang-orang hebat
yang selalu menjadi inspiratorku untuk melangkah kepada masa depan yang lebih
baik dan berkwalitas. Aku sangat bangga dengan IPNU-IPPNU. Aku merasakan
barokah yang luarbiasa dalam organisasi pelajar ini. Organisasi Pelajar NU
(IPNU-IPPNU) inilah yang mengobarkan semangat jiwaku untuk selalu mencintai,
mempertahankan serta merasa memiliki NU dan NKRI. Ya, organisasi IPNU-IPPNU ini
merupakan organisasi penjunjung nilai-nilai Budaya, Tradisi, Nasionalisme,
Patriotisme, Plularisme serta toleransi. Sehingga, aku sangat nyaman berada
didalamnya, ikut berjuang didalamnya. Memperjuangkan NU di bumi NKRI. Sejak
saat itulah rasa cintaku semakin menggelora kepada NU dan NKRI.
Kecintaanku
kepada NU merupakan cinta yang tulus dari hati kecilku, dari hati nuraniku.
Cinta yang terus mengalir, deras, layaknya air. Jernih, suci, dan terus
mengalir tanpa henti dalam jiwa dan raga ini. Aku mencintai Indonesia,
mencintai jasa para pahlawan pejuang negara Indonesia yang berasal dari
berbagai kalangan dengan latarbelakang yang berbeda. Aku menghargai jasa
mereka. Sehingga aku mencintai NU, karena NU-lah yang mengajarkan kepadaku
bagaimana cara bersyukur yang sangat mulia. Yakni, dengan mencintai segala
macam perbedaan keberagaman yang ada di Indonesia. Mencintai segala yang
berbeda, mencintai segala yang ada di bumi Nusantara. Dan itu merupakan cara
bersyukur yang amat indah. Semoga Tuhan selalu melindungi, merahmati, mencintai
negara Indonesia, Nahdlatul Ulama beserta seluruh rakyat Indonesia yang cinta
akan keberagaman, kedamaian, toleransi dan kemanusiaan. "Aku mencintai NU
dan NKRI semata-mata karena Allah Ta’ala. Tiada nikmat terindah di dunia ini
seindah keduanya".
Borobudur,
23 Agustus 2017
Posting Komentar